Kamis, 26 Mei 2011

Curhat Tentang Mama


Andai Mama Tahu

Dalam hidupku, Mama, yang paling mengerti aku, adalah sesosok malaikat super-duper-puaaaaling baik hati yang dikirimkan Tuhan padaku.
Allahku….. Kau begitu baik udah bersedia hadiahin Mama buatku… Baik banget deh, sumpah!!!!
***
Once Upon of time…,
“Wuaaaa…..!!!!!”
Rasanya memang masih bisa kudengar dengan baik teriakan masa kecilku itu. Teriak? Pantasnya sama-sama kita sebut itu sebagai raungan, saudara-saudara.
Raungan seorang anak kecil karena terjatuh dari ayunan yang dibuatkan ayah dari karung beras lalu diikatkan pada dua pohon jambu biji yang berhadapan.
Seketika itu juga Mama bagai disetrum dengan listrik bertegangan tinggi : ikutan berteriak!
“Paken, paken?” hentak Mama dalam bahasa Aceh yang berarti “Kenapa, kenapa?” dan nadanya tak terdengar seperti orang yang sedang menanyakan sesuatu.
“Tadi terjatuh…, adek suruh ayunin kuat-kuat… ya kakak ayun aja kuat-kuat… tadi dia ketawa-tawa padahal, Ma. Terus udah nangis… kakak kira kenapa, rupanya terjatuh. Habisnya adek tiduran tuh di ayunan…”

Glek!!!  Aku  sendiri sudah tak bisa bicara apa-apa lagi. Dadaku rasanya seperti diikat dengan tali kuat-kuat. Gimana ga coba, aku terjatuh dari gayaku tiduran ala putri raja dari ayunan lebar itu dengan badan telungkup ditahan dada. Wow…!!! Keren. Dan sakit. Terjatuh dari ketinggian 50 meter!!! Hah!!
Mama yang sudah tidak tahu diri lagi (sudah setengah sadar bahwa aku tetap masih belum meninggal, red) segera mengambil jasadkku yang setengah sadar itu kedalam pelukannya. Itulah pelukan yang terakhir kalinya kuterima dari Mama. Bukan, bukan Karena Mama keduluan pergi dari duniaku atau pun dunianya, tapi sampai aku berusia 20 tahun sekarang ini, Mama tak pernah lagi memelukku. Yah! Mungkin karena aku sudah  dewasa, atau badanku sudah cukup besar dari sebelumnya, jadi Mama tak sanggup merangkul dan mencium bau tubuhku lagi, hehe. Just Kidding, guys!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar